“Membunuh seorang mukmin lebih besar perkaranya di sisi Allah daripada sirnanya dunia.” (HR. An Nasai, sanad hasan). Ini di antara dalil yang menunjukkan bahayanya membunuh satu jiwa dan itu berarti perbuatan tersebut adalah dosa besar.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ » . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ ، وَمَا هُنَّ قَالَ « الشِّرْكُ بِاللَّهِ ، وَالسِّحْرُ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِى حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ، وَأَكْلُ الرِّبَا ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ ، وَالتَّوَلِّى يَوْمَ الزَّحْفِ ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan.” Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apa saja dosa yang membinasakan tersebut?” Beliau bersabda, “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang haram untuk dibunuh kecuali jika lewat jalan yang benar, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari medan perang, menuduh wanita mukminah yang baik-baik dengan tuduhan zina.” (HR. Bukhari no. 2766 dan Muslim no. 89)
Dari ‘Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, dosa apa yang paling besar di sisi Allah, maka beliau menjawab,
« أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهْوَ خَلَقَكَ » . قُلْتُ إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيمٌ ، قُلْتُ ثُمَّ أَىُّ قَالَ « وَأَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ تَخَافُ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ » .قُلْتُ ثُمَّ أَىُّ قَالَ « أَنْ تُزَانِىَ حَلِيلَةَ جَارِكَ »
“Engkau menjadikan tandingan bagi Allah padahal Allah yang telah menciptakanmu.” ‘Abdullah berkata, “Itu memang dosa yang besar.” ‘Abdullah bertanya lagi, “Lalu apa lagi?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau membunuh anakmu sendiri karena engkau takut ia makan bersamamu.” “Lalu apa lagi?”, tanya ‘Abdullah. Beliau bersabda, “Engkau berzina dengan istri tetanggamu sendiri.” (HR. Bukhari no. 4477 dan Muslim no. 86).
Ibnu Hajar menjelaskan tentang maksud membunuh anak sendiri, yaitu membunuh anak karena mendahulukan diri sendiri ketika tidak ada kebutuhan yang mencukupi atau memang sifat orang tua tersebut pelit padahal kebutuhan masih mencukupi. (Fathul Bari, 8: 494).
Abu Bakrah Nufa’i bin Harits Ats Tsaqafi berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِى النَّارِ » . فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الْقَاتِلُ فَمَا بَالُ الْمَقْتُولِ قَالَ « إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ
“Apabila dua orang Islam yang bertengkar dengan pedangnya, maka orang yang membunuh dan yang terbunuh sama-sama berada di dalam neraka.” Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, sudah wajar yang membunuh masuk neraka, lantas bagaimana gerangan yang terbunuh?” Beliau menjawab, “Karena ia juga sangat berambisi untuk membunuh sahabatnya.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 31 dan Muslim no. 2888).
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَرْجِعُوا بَعْدِى كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
“Janganlah kalian kembali pada kekafiran dengan saling membunuh satu dan lainnya.” (HR. Bukhari no. 6868 dan Muslim no. 66). Maknanya adalah orang yang sampai menganggap halal pembunuhan, maka ia kafir. Begitu pula bisa bermakna, orang kafir yang biasa melakukan pembunuhan satu dan lainnya (Lihat keterangan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 12: 194).
Dalam kitab sunan disebutkan,
عَنْ بَشِيرِ بْنِ الْمُهَاجِرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَتْلُ الْمُؤْمِنِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ زَوَالِ الدُّنْيَا
Dari Basyir bin Al Muhajir dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Membunuh seorang mukmin lebih besar perkaranya di sisi Allah daripada sirnanya dunia.” (HR. An Nasai no. 3990. Sanad hadits ini hasan kata Al Hafizh Abu Thohir).
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَنْ يَزَالَ الْمُؤْمِنُ فِى فُسْحَةٍ مِنْ دِينِهِ ، مَا لَمْ يُصِبْ دَمًا حَرَامًا
“Seorang mukmin senantiasa berada dalam kelapangan dalam agamanya selama ia tidak menumpahkan darah dari orang yang haram untuk dibunuh.” (HR. Bukhari no. 6862).
Semoga bermanfaat, hanya Allah yang memberi taufik.
—
Disusun selepas Zhuhur @ Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 19 Rabi’uts Tsani 1435 H
Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal
Follow status kami via Facebook Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter RumayshoCom
Akan segera hadir buku Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal terbaru: “Kenapa Masih Enggan Shalat?” seharga Rp.16.000,-. Silakan lakukan pre order dengan format: Buku enggan shalat# nama pemesan# alamat# no HP# jumlah buku, kirim ke 0852 00 171 222.